Deretan Pesepakbola Top Yang Tidak Membela Timnas Negara Kelahirannya
![]() |
Gonzalo Higuain |
Lahir dan tumbuh besar di satu negara hingga kemudian mampu memberi sumbangsih kepada Tanah Air merupakan suatu kebanggaan, tak banyak yang bisa melakukannya karena berbagai alasan seperti negara yang mengecewakannya atau peraturan-peraturan yang di luar akal sehat. Tak pelak banyak orang yang memilih berkarier di luar negeri, alasannya? Bisa jadi karena negeri itu lebih menghargai kemampuannya ketimbang negerinya sendiri.
Hal tersebut boleh jadi berlaku juga dalam sepakbola, di mana para pesepakbola yang lahir di satu negara belum tentu bermain untuk tanah kelahirannya. Biasanya para pesepakbola tersebut memiliki dua kewarganegaraan dan bisa memilih timnas negara mana yang akan dibelanya – atau, dalam kasus Indonesia yang tak mengenal dwi-kewarganegaraan, para pesepakbola tersebut akhirnya memilih pindah negara karena garis keturunan atau karena sudah lama menetap di nusantara dan akhirnya memilih mengabdikan diri pada negara tempat tinggal.
Baca Juga Berita:
Tidak masalah tentunya karena FIFA selaku federasi sepakbola tertinggi dunia memiliki aturan bagi pemain yang punya dua kewarganegaraan atau ingin berpindah negara. Tertulis di pasal 17 mengenai akuisisi kewarganegaraan baru, bahwa seorang pemain dapat membela timnas negara yang bukan tanah kelahirannya apabila ia belum membela timnas negara kelahiran di kompetisi resmi.
Namun, pemain tersebut harus memenuhi salah satu dari persyaratan berikut ini, dia terlahir di zona negara yang berkaitan, ibu atau ayah biologisnya terlahir di zona negara yang berkaitan, nenek atau kakek biologisnya terlahir di zona negara yang berkaitan, dia telah hidup setidaknya selama lima tahun setelah mencapai usia 18 tahun di zona negara yang berkaitan.
Berikut deretan sepuluh pemain top yang memilih timnas negara bukan tanah kelahirannya.
1. Mauro Camoranesi
Lahir di Tandil, Argentina pada 4 Oktober 1976, Camoranesi pindah ke Italia pada 2000 dan bergabung dengan Hellas Verona sebelum gabung Juventus pada 2002. Ia memiliki dwi-kewarganegaraan karena memang memiliki darah Italia dari kakek buyutnya, Luigi, yang beremigrasi ke Argentina pada abad 19 lalu.
Camoranesi yang berposisi sebagai penyerang sayap bermain gemilang bersama Bianconeri dan tidak pernah dipanggil timnas Argentina. Tidak dilirik oleh Tim Tango, talenta Camoranesi pun tak disia-siakan timnas Italia yang memanggil dan memberinya debut pada 2003 di era kepelatihan Giovanni Trapattoni.
Keputusan Camoranesi pun terbukti jitu karena pada akhirnya Gli Azzurri sukses meraih titel Piala Dunia 2006 kala tim dilatih oleh Marcello Lippi. Pasca kesuksesan bersama Italia yang bukan tanah kelahirannya, Camoranesi merasa bangga dengan fakta tersebut.
“Saya merasa sebagai orang Argentina tapi saya melindungi warna Italia yang ada dalam darah saya dengan hormat. Ini sesuatu yang tak bisa direnggut.”
2. Miroslav Klose
Mantan penyerang Werder Bremen dan Bayern Munchen ini lahir di Opole, Polandia, dengan latar belakang orang tua yang notabene atlet. Ayahnya pesepakbola profesional yang pernah bermain untuk timnas Jerman, sementara ibunya bagian dari timnas bola tangan wanita Polandia. Besar di Polandia, saat berusia delapan tahun, Klose pindah ke Jerman.
Pada 2001 pelatih timnas Polandia, Jerzy Engel, bertolak ke Jerman untuk membujuknya bermain untuk Polandia dan Klose menolaknya, menegaskan bahwa ia ingin bermain dengan timnas Jerman yang saat itu ditangani Rudi Voller. Keputusan yang tidak mudah, namun tindakkan itu benar ia lakukan karena pada akhirnya Klose turut andil menjuarai Piala Dunia 2014 bersama Jerman.
3. Emilio Audero Mulyadi
Indonesia telah menaturalisasi pemain seperti Stefano Lilipaly dan Ezra Walian yang memiliki darah Indonesia. Kendati demikian keduanya tidak lahir di sini. Dua kasus itu berbeda dengan kiper muda Juventus berusia 20 tahun, Emilio Audero Mulyadi, yang lahir di Mataram namun enggan membela timnas Indonesia.
Pindah ke negara asal ibunya, Italia, pada 2010, performa gemilang Mulyadi memikat Juventus Allievi (U-17) dan ia mendapat penghargaan The Young Italy Talents of the Future pada 2012. Penampilannya itu memikat Antonio Conte dan mengajaknya berlatih dengan tim utama Juventus.
Berlatih dengan kiper sekaliber Gianluigi Buffon sepertinya menjadi alasan Mulyadi untuk memilih timnas Italia ketimbang Indonesia. Ia sudah bermain untuk Italia U-15 hingga U-18 dan sedianya masih dapat membela timnas Indonesia karena ia belum bermain untuk timnas senior Italia, namun, sepertinya sulit meyakinkan Mulyadi yang sudah kadung mencintai Italia.
4. Pepe
Brasil merupakan surga sepakbola karena banyak talenta yang lahir di sana. Rata-rata pesepakbola asal Negeri Samba datang dengan latar belakang kemiskinan dan hal itu nyatanya tidak menghentikan gairah mereka terhadap sepakbola.
Saking banyaknya talenta yang lahir di Brasil, banyak juga di antara mereka yang tidak pernah mencicipi timnas Brasil dan salah satunya adalah Pepe. Bek Real Madrid berusia 34 tahun ini lahir di Maceio, Brasil, dan belum pernah bermain dengan timnas Brasil pada level muda.
Pepe sudah pindah ke Portugal pada 2001 dan bermain untuk Maritimo sebelum akhirnya berlabuh di Porto pada 2004. Ia bermain di sana hingga 2007 dan pada 2006 ayah Pepe mengungkapkan, bahwa anaknya dihubungi Carlos Dunga untuk membela timnas Brasil.
Kendati demikian Pepe menolaknya dan memilih membela timnas Portugal. Pemain bernama lengkap Kepler Laveran Lima Ferreira ini dinaturalisasi pada Agustus 2007 dan memulai debutnya melawan Finlandia.
Pilihan Pepe untuk membela Portugal pun tepat, karena pada akhirnya ia terus bermain di turnamen besar Euro 2008, 2012, dan 2016, serta Piala Dunia 2010 dan 2014. Pepe pun turut andil kala Portugal menjadi juara Euro 2016 di Prancis.
5. Diego Costa
Kasus dua kewarganegaraan Diego Costa ini penuh kontroversi karena Costa seyogianya pernah membela timnas tanah kelahirannya, Brasil, sebanyak dua kali saat bermain di laga uji coba melawan Italia dan Rusia pada 2013. Namun karena kedua laga itu bersifat laga persahabatan, Costa, yang sudah berada di Spanyol sejak 2007, menurut aturan FIFA, masih memiliki opsi untuk membela timnas Spanyol.
Striker berusia 28 tahun itu pun diinginkan federasi sepakbola Spanyol pada 2013 dan mereka meminta izin FIFA untuk memanggilnya ke timnas. Permohonan mereka dikabulkan dan pada Oktober 2013 Costa menegaskan keinginannya membela La Furia Roja. Ia pun mengirim surat kepada federasi sepakbola Spanyol.
Pilihan Costa itu menuai kritikan dari Luiz Felipe Scolari dan federasi sepakbola Brasil yang mengecam tindakannya itu. Costa dituding pindah kewarganegaraan karena uang semata dan dianggap sebagai pembelot alias pengkhianat.
6. Patrick Vieira
Prancis sejak dulu dikenal sebagai negara multikultural. Cukup banyak warga negara Prancis berasal dari keturunan negara asing seperti Aljazair atau negara Afrika lainnya.
Maka tak heran jika pemain-pemain yang membela timnas Prancis memiliki darah keturunan negara lainnya atau bahkan, tidak terlahir di Prancis. Contoh pemain untuk kategori terakhir ini adalah legenda Arsenal dan juga Les Bleus, Patrick Vieira.
Lahir di Dakar, Senegal, pada 23 Juni 1976, Vieira sudah pindah ke Prancis saat usianya baru berumur delapan tahun. Vieira memiliki keturunan Prancis dari kakeknya yang pernah menjadi tentara Prancis sehingga ia dapat membela timnas Prancis.
Debutnya berlangsung pada 1997 dan ia pensiun pada 2010. Selama 13 tahun membela Prancis Vieira sudah meraih titel Piala Dunia 1998, Euro 2000, Piala Konfenderasi FIFA 2001. Hal-hal yang mungkin tak diraihnya andai ia tidak pindah ke Prancis pada usia delapan tahun.
7. Andrei Kanchelskis
Mantan pemain Manchester United ini lahir pada 23 Januari 1969, kala di Eropa masih berdiri sebuah negara adikuasa bernama Uni Soviet. Kanchelskis lahir di Ukraina Soviet (kini bernama Ukraina) dan memiliki darah Lithuania dari kedua orang tuanya.
Pada awalnya ia membela Uni Soviet dan timnas tambahan buatan Uni Soviet bernama CIS untuk Euro 1992, namun ketika Uni Soviet pecah setelah jatuhnya komunis, Kanchelskis pun memilih untuk tetap membela Rusia ketimbang Ukraina, tanah kelahirannya.
8. Lilian Thuram
Anda mengenal Thuram? Fans lawas Juventus dan timnas Prancis pasti mengetahui nama tersebut. Thuram lahir pada 1 Januari 1972 di Pointe-a-Pitre, Guadeloupe, yang merupakan kepulauan berpopulasi 402.119 penduduk dan berada di bagian luar Prancis. Guadeloupe juga memiliki timnasnya sendiri dan Thuram tidak menjadi bagian di dalamnya.
Mantan bek tangguh Monaco, Parma, dan Barcelona ini pindah bersama keluarganya pada 1981 ke Prancis dan sejak saat itu Thuram menjadi bagian tak terpisahkan Prancis. Kesuksesannya di level klub berlanjut ke internasional dan Thuram pernah meraih Piala Dunia 1998, Euro 2000, dan Piala Konfederasi FIFA 2003.
9. Gonzalo Higuain
Galau, itulah perasaan El Pipita saat disuruh memilih antara Argentina dan Prancis. Pada akhirnya Higuain lebih memilih negara kelahiran ayahnya yang juga mantan pesepakbola, Jorge Higuain.
Striker Juventus ini lahir di Brest, Prancis, pada 10 Desember 1987 dan meninggalkannya di usia 10 bulan. Higuain muda sama sekali tak bisa berbicara dengan bahasa Prancis, namun tetap mendapatkan kewarganegaraan Prancis sekaligus Argentina, negara asal ayahnya.
Berkat pilihannya itu, Higuain termasuk generasi yang ‘beruntung’ karena bermain satu tim dengan Sergio Aguero, Carlos Tevez, Lionel Messi, Angel Di Maria, hingga generasi terkini yang diwakilkan Paulo Dybala. Sayang, bersama Tim Tango Higuain cenderung sial karena lebih sering menjadi runner-up ketimbang juara.
10. Thiago Motta
Satu lagi warga kelahiran Brasil yang pada akhirnya belok membela negara lainnya. Motta lahir di Sao Bernardo do Campo, Brasil, pada 28 Agustus 1982 dan sudah mencatatkan penampilan bersama timnas Brasil pada 2003. Mantan pemain Barcelona dan Inter Milan sedianya bermain untuk Brasil U-23 di Piala Emas CONCACAF 2003, namun FIFA telah menganggapnya sebagai caps untuk timnas Brasil di turnamen kompetitif.
Tak ada angin tak ada badai, Motta tiba-tiba mengutarakan keinginannya untuk bermain membela timnas Italia karena memiliki darah Italia dari kakeknya. Ia pun dipanggil timnas Italia untuk kali pertamanya pada 2011 dan federasi sepakbola Italia sudah menegaskan, bahwa FIFA telah memberi lampu hijau kepada Motta untuk membela Italia.
Alhasil ia hingga saat ini membela Italia dan terlibat dalam skuat yang menjadi finalis Euro 2012 di era Cesare Prandelli. Motta pun memberi alasan mengapa ia memilih Italia ketimbang Brasil.
“Hari ini saya lebih memilih Italia. Saya selalu ada untuk Brasil bermain di level U-17 hingga U-23, tapi saya tak pernah berpikir saya bisa jadi bagian Selecao. Tentu saja saya selalu ingin mengenakan jersey Brasil semasa saya kanak-kanak, tapi segalanya kini telah berubah. Saya punya darah Italia dan merasa sebagai orang Italia, dan saya hanya ingin dipertimbangkan opsi tempat bermain dengan Azzurri,” papar Motta kala itu.
Motta merupakan satu dari banyaknya oriundi (pemain asing yang membela timnas Italia) di timnas Italia dan saat ini skuat besutan Giampiero Ventura juga memilikinya pada diri Eder.
Sumber: www.fourfourtwo.com
Tidak ada komentar